Ariesta DotNet
Info & Download Centre

HOME

Harga Roxy
Info & Download Centre
Berita GSM
Berita CDMA
Tips & Triks
Situs-Situs Pilihan
Bursa HP

Jadikan diri Anda selalu mendapatkan informasi terkini dari dunia Mobile.

 
 
Selular Tumbuh, CDMA Makin Mendesak:
 
MENGAMATI pertumbuhan bisnis seluler GSM membuat kita takjub, sebab ia berkembang sangat pesat. Kebiasaan orang Indonesia yang punya kecenderungan pamer ikut mendorong pertumbuhan populasi ponsel di Tanah Air, yang setahun bisa tumbuh sampai 40 persen-50 persen, terutama empat tahun terakhir. Walaupun populasi seluler masih rendah dibanding jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 210 juta.

Catatan, akhir tahun 2002 jumlah nomor ponsel di Indonesia sudah mencapai sekitar 11 juta, meski jumlah pelanggan sebenarnya tidak sebesar itu. Ciri bangsa Indonesia juga, suka menggunakan macam-macam kartu dari operator yang berbeda, sesuai dengan kepentingannya. Lain dengan penduduk Eropa, misalnya, umumnya satu orang menggunakan satu kartu, di Indonesia satu orang bisa menggunakan sekaligus empat kartu dari empat operator.

Sebenarnya hal ini merupakan konsekuensi logis dari belum merata dan bagusnya layanan operator sendiri, yang kemampuan berbeda tetapi juga menawarkan berbagai kelebihan. Orang memiliki kartu Halo atau Simpati dari Telkomsel karena cakupannya sangat luas, bahkan masuk ke pedesaan, tetapi masih juga belum puas dan melengkapinya dengan kartu Mentari atau ProXl. Dengan dua kartu prabayar tadi, ia akan menerima panggilan tanpa bayar biaya SLJJ jika sedang ada di luar kota.

Tetapi orang di kota pun suka melengkapi diri dengan kartu ProXL karena fasilitas mobile banking- nya yang bermitra dengan BCA, bank yang punya jangkauan luas di Tanah Air. Orang juga lalu memakai sekaligus kartu prabayar IM3 Smart, hanya karena punya ponsel berlayar warna yang bisa mengakses layanan MMS (multimedia messaging service) dan GPRS (general packet radio service). Kini pun muncul kecenderungan orang membeli ponsel dengan layar warna yang berkemampuan GPRS serta MMS, walau belum tentu menggunakannya. Mereka sekadar mengikuti arus dan tren mode, tidak mau ketinggalan.

Itu sebabnya, meski catatan para operator menyebut angka 11 juta lebih, kenyataannya pelanggan seluler, baik GSM maupun AMPS dan NMT, tak akan lebih dari 9 juta. Bahkan ada yang menghitung cuma 8 juta, dengan akibat ARPU (average revenue per user, rata-rata pendapatan operator dari tiap pelanggan) rendah, karena orang membagi pemakaian ponselnya ke beberapa nomor tadi.

Pasar masih terbuka luas, baru sekitar lima persen, satu jumlah (walau semu) yang masih sangat sedikit. Tanpa membandingkan daya beli, negara lain sekitar kita punya populasi seluler jauh lebih tinggi. Misalnya Singapura yang penduduknya sekitar 4,49 juta jiwa, pelanggan seluler sampai 3,05 juta atau penetrasinya 68 persen. Di sana jumlah pelanggan boleh dikata angka sebenarnya, karena dua operator seluler yang ada mempunyai kualitas cakupan yang setara, sehingga kesetiaan pelanggan (customer loyalty) dijamin.

Jangan bandingkan dengan Singapura yang kaya raya di Asia Tenggara ini setelah Brunei Darussalam. Dengan Filipina saja kita kalah, apalagi dengan Thailand. Penetrasi ponsel di Filipina mencapai 16 persen terhadap 84,5 juta penduduknya, sementara Thailand 24 persen terhadap 62,5 juta penduduknya.

Pembangunan dan kepadatan ponsel di Indonesia juga tidak merata, karena ternyata populasinya jauh lebih padat di Jawa (74 persen), dibanding Sumatera (13 persen), Kalimantan, Bali (sama-sama 5 persen), sisanya 3 persen Sulawesi dan wilayah sisanya. Jawa jadi sasaran karena kepadatan penduduknya melebihi pulau lain di Indonesia dan boleh dikata Jawa jadi pusat gerakan ekonomi.

Namun pasar luar Jawa pun mulai dilirik operator, karena ternyata juga potensial, seperti pengalaman Telkomsel, ketika membuka Tarakan beberapa waktu lalu. Perkiraan para ahli tekniknya meleset karena jumlah pelanggan menaik tajam dan dalam beberapa hari saja sudah didapat lebih dari seribu pelanggan. Juga Pulau Sebatik yang semula hanya dilihat dengan sebelah mata, potensinya besar sehingga penduduk yang membutuhkan sarana telekomunikasi lalu menggunakan ponsel dari Sabah.

Baik Johnny Swandi Sjam, Dirut PT Satelindo, maupun GM Marketing PT Telkomsel Erik Meijer sama mengungkapkan akan membangun luar Jawa yang potensi pasarnya masih terbuka. "Pertumbuhan relatif terjadi lebih cepat di luar Jawa, namun secara absolut angka pertumbuhan masih lebih besar di Jawa," kata Direktur PT Excelcomindo Pratama, Rudiantara.

Beberapa operator memperkirakan pertumbuhan pelanggan mereka tahun 2003 ini akan mencapai separuh dari posisi awal tahun, dengan adanya pembukaan wilayah baru dan peningkatan kapasitas existing. Namun demikian, kecepatan pertumbuhan ini akan membawa konsekuensi menurunnya dengan drastis ARPU, yang sebenarnya sudah mulai terjadi sejak kuartal keempat tahun 2002. Ketika itu ada gerakan menekan pasar oleh beberapa operator, sehingga populasi nomor ponsel meningkat tajam, khususnya di kawasan padat Jakarta, sekadar mengejar target angka psikologis.

Pada kuartal ketiga tahun lalu, Jakarta dan sekitarnya menguasai 46 persen pasar nasional, menyusul Jawa Timur dengan 12 persen, Jabar/Banten dengan 9 persen dan Jateng/ DIY 7 persen. Menghindari menurunnya ARPU itulah pasar diluaskan ke daerah yang belum terbuka, dengan harapan pelanggan hanya menggunakan satu nomor ponsel saja.

Pertumbuhan pendapatan operator tidak sejalan dengan pertumbuhan nomor, sehingga ketika nomor tumbuh dengan sekitar 50 persen, pendapatan hanya akan tumbuh 30 persen saja. Akhir tahun 2002 pendapatan operator mencapai Rp 15,5 trilyun yang merupakan separuh dari pendapatan sektor telekomunikasi. Akhir tahun ini diperkirakan pendapatan operator seluler akan berada di kisaran Rp 20 trilyun, dengan tetap mengandalkan suara sebagai penyumbang pendapatan terbesar.

Komposisi pendapatan operator seluler saat ini adalah 85 persen suara dan sisanya nonsuara yang lebih ke SMS, karena pertumbuhan traffic SMS cukup cepat. Dari traffic SMS ini, traffic antarpengguna masih dominan, sementara SMS aplikasi misalnya untuk m-banking atau multiakses masih rendah. Tetapi dengan mulai diterapkannya aplikasi GPRS dan MMS oleh semua operator GSM tahun ini, kontribusi nonsuara akan meningkat pesat walau belum akan menggeser suara hingga lima-enam tahun ke depan.

Keyakinan ini didukung oleh para pemerhati di bidang seluler, juga pemain di bidang terminalnya. Sugiono Wiyono dari kelompok Trikomsel, misalnya, yakin MMS lewat wahana GPRS akan mengangkat pendapatan operator.

Karenanya mulai tahun ini ponsel GPRS kelas bawah (low end) akan menyerbu pasar, sekaligus ponsel dengan layar berwarna. MMS tanpa layar ponsel berwarna tak akan berarti apa-apa sebab warna akan menjadi penarik kuat dari penggunaan MMS.

Hasan Aula dari Nokia juga berpendapat sama, dan Nokia pun akan meluncurkan sedikitnya 15 model tahun ini, dari kelas bawah sampai kelas menengah. Kelas atas yang diwakili Communicator tak akan bergerak dari model yang sudah ada, karena yang akan muncul model-model baru adalah seri 7, 6, 5, 3. Bahkan seri 5 akan muncul model yang sama sekali baru yang sarat ke permainan (gaming).

Bulan depan, pasar akan diisi Nokia 6800 yang memudahkan orang untuk mengetik SMS karena seolah menggunakan keypad laptop. Juga N7250 yang bentuknya sama dengan N7210 tetapi berkamera.

Sony Ericsson selain mengandalkan P800 yang juga berfungsi sebagai PDA (personal digital assistance) berkamera, juga Sony Ericsson T300 dengan layar warna yang bisa ditempeli kamera. Namun tetap akan merebut pasar adalah T600 yang paling kecil, 60 gram meski layarnya tidak berwarna-warni, selain T100 yang langsung disukai masyarakat karena langsing, mungil (72 gram), dan relatif murah.

Motorola pun akan muncul dengan berbagai model, misalnya C350 kelas low yang layarnya berwarna. "Trennya memang layar warna dan kami yakin Motorola akan unggul," kata Yanti Agus dari Motorola.

LAHAN bisnis seluler akan diramaikan dengan masuknya Forum PCN (personal communication network) yang sebenarnya juga GSM 1800 ke jaringan nasional. Selama ini Forum yang beranggotakan tujuh investor tidak juga bisa beroperasi-kecuali LippoTelecom di Jatim-karena mereka cuma mendapat lisensi regional, yang wilayahnya mirip sekali dengan regionalisasi PT Telkom.

Saat ini sedang dilakukan penggabungan antara ketujuhnya dengan promotor Natrindo sebagai operator LippoTelecom dan kalau sudah bergabung mereka otomatis akan memiliki cakupan nasional. Selain Lippo, anggota Forum yang bergabung adalah Astratel (Sumatera), Inti (Jakarta), Ariawest (Jabar/Banten), Mitraglobal (Jateng/DIY), Primarindo (Kalimantan), dan Kodel (kawasan Indonesia bagian timur).

Selain itu, operator AMPS dengan dimotori Komselindo juga akan bergabung, merangkul Telesera dan Metrosel yang akan bangkit dengan mengoperasikan CDMA (code division multiple access). Mereka akan disponsori Bhakti Telecom yang akan beroperasi secara nasional.

Teknologi AMPS kini tidak memiliki keunggulan apa pun dibanding GSM dan jumlah pelanggannya hanya 2,2 persen dibanding 94,6 persen pelanggan GSM. Namun teknologi CDMA dibuktikan jauh lebih unggul daripada GSM, dan bagi operator investasi dan operasional di CDMA jauh lebih murah ketimbang di GSM atau di AMPS.

CDMA yang diciptakan oleh Qualcomm dari Amerika dan kemudian dikembangkan oleh banyak vendors, mulai mendesak keberadaan GSM. Populasi CDMA yang dimulai dari Amerika Serikat berkembang ke Cina dan Korea serta Jepang, dengan Korea sebagai perintis sejak tahun 1995, yang disusul oleh China Unicom (RRC) dan KDDI di Jepang.

KDDI di Jepang dalam 9 bulan pertama sejak diluncurkan April 2002 berhasil mendapat pelanggan sekitar 4,7 juta orang. Jepang mengikuti jejak Korea Selatan yang mengoperasikan CDMA generasi ketiga (3G) yaitu CDMA 2000-1X yang di Indonesia (akan) digunakan sebagai telepon tetap tanpa kabel (fixed wireless) oleh PT Telkom.

CDMA akan menjadi primadona di dunia, walau saat ini baru kurang dari 5 persen populasinya dibanding GSM yang sudah 64 persen atau sejumlah 700 juta. Kini baru ada sekitar 120 juta pelanggan CDMA di 47 negara dunia dan baru 13 juta di antaranya yang menggunakan CDMA generasi ketiga, CDMA 2000-1X.

Sisanya di generasi sebelumnya yaitu CDMAOne (IS 95A dan IS 95B), seperti yang digunakan oleh Korea Selatan dan PT Komselindo di Indonesia. CDMA 2000-1X mendukung layanan suara dan data dalam kanal CDMA standar dengan kapasitas dua kali lipat CDMA dari generasi sebelumnya itu dan lebih tinggi lagi dibanding GSM.

Tahun 2003 ini diperkirakan populasi CDMA di dunia akan mencapai 260-an juta pelanggan. Ini bisa terjadi karena ada dukungan penuh dari para pembuat handset dunia, seperti Nokia, Motorola, dan Sony Ericsson. Walau di dunia tidak semua pembuat ponsel memproduksi ponsel CDMA karena memang pasarnya baru tumbuh. Hasan Aula dari Nokia Indonesia menegaskan komitmen Nokia yang masuk ke bisnis CDMA dan dibuktikan sudah banyak ponsel CDMA Nokia di Amerika.

Bagi operator, pengoperasian CDMA lebih menguntungkan karena investasinya kecil dibanding investasi di GSM apalagi di AMPS. Terutama jika frekuensi yang digunakan adalah 800 MHz, frekuensi yang dianggap terbaik bagi operator dalam melayani pelanggan.

Menurut catatan, GSM yang digital sudah jauh lebih baik dibanding AMPS yang analog, karena kapasitasnya 3 sampai 4 kali lipat, tetapi CDMA yang digital 10 kali lipat dibanding AMPS. Apalagi beda dengan GSM yang memancarkan frekuensi dengan dipecah-pecah dan harus dilakukan manajemen penggunaan kembali (reuse) frekuensi agar banyak pelanggan bisa terlayani, CDMA tidak serumit AMPS atau GSM.

Dengan memancarkan sekaligus 1,25 MHz frekuensinya, dibanding 20-30 KHz di AMPS dan GSM, daya pancar CDMA lebih kuat, sehingga ponsel CDMA yang lemah pun tetap akan mendapat sinyal penuh. Karenanya kemungkinan ponsel mengalami drop call atau sambungan terputus ketika bergerak, hampir sama sekali tak terjadi di CDMA dan reuse frekuensi di CDMA tetap dilakukan tanpa memecah-mecah frekuensinya.

Selain hal tadi, CDMA juga terbukti memiliki kecepatan transfer data yang tinggi. Dengan kelebihan itu CDMA menawarkan jalur cepat, mudah dan paling murah untuk menuju sistem telekomunikasi seluler generasi ketiga (3G).

CDMA 2000-1X memiliki kemampuan transfer data maksimum sebesar 153 kilobyte per detik (kbps) dengan throughput mobile 60 kbps-80 kbps. Sementara, GPRS yang diandalkan GSM hanya menawarkan transfer data sampai 115 kbps saja dengan throughput mobile 30 kbps-40 kbps.

Itu sebabnya CDMA 2000-1X mampu mengakses layanan yang membutuhkan kecepatan transfer data yang tinggi seperti mengirim e-mail dengan lampiran file teks atau gambar berukuran besar. Ia juga bisa digunakan untuk surfing di Internet, melakukan transaksi perbankan, mengetahui kondisi arus lalu lintas dengan bantuan GPS (global positioning system) dan bermain video game dengan lawan main yang entah di mana. Hal-hal tadi diimpikan oleh pencipta, pengembang, dan operator GSM sejak beberapa tahun lalu, namun belum sempat kesampaian sudah dipecundangi oleh teknologi CDMA.

Meski CDMA 2000-1X sedang dikembangkan dan disambut oleh para operator, kini sudah dimunculkan versi CDMA 2000-1XEV-DO yang mampu mengirim data sampai 2,4 Mbps dengan throughput mobile antara 490 kbps sampai 600 kbps. Ini berarti kapasitasnya sama dengan kemampuan layanan DSL (digital subscriber line) yang digunakan untuk telepon tetap dengan jaringan serat optik.

Dengan kapasitas sebesar itu CDMA 2000-1XEV-DO dapat mendukung aplikasi yang memakan lebar pita (bandwidth) sangat besar seperti download file besar. Juga video streaming untuk menonton videoklip, maupun menonton siaran langsung, misalnya pemilihan ratu dunia atau sepak bola piala dunia.

Ada perbandingan berapa lama waktu dibutuhkan untuk men-download musik MP3 yang berdurasi 3 menit. Di ponsel GSM dengan data rate 9,6 kbps, dibutuhkan waktu 41 menit, di CDMAOne (IS 95B) berkapasitas 64 kbps dibutuhkan waktu cuma 6 menit.

Tetapi di ponsel CDMA 2000-1X dengan kecepatan 307 kbps, hanya dibutuhkan waktu 78 detik saja. Bahkan di ponsel CDMA 2000-1XEV dengan kapasitas 2,4 Mbps, hanya dibutuhkan waktu 10 detik, segera selesai sebelum yang men-download sadar. (HW)

 
(Sumber: Harian Kompas, 6 Februari 2003)
 

p800.jpg

o2xda.jpg

INFOTEK PDA

Review lengkap SonyEricsson P800, bisa dilihat di http://www.phonearena.com/htmls/read_reviews.php?id=242

 
 
 
DOWNLOAD CENTRE
 
Disini koleksi software-software paling lengkap di dunia. Download sekarang juga.......

download from download.com

Download Tarif Baru IM3 Smart

 
 
 
 
 
Kirim SMS via Internet, atau ingin mempunyai Domain atas nama sendiri seperti www.namaanda.com, .net, .org, dll. Segera dapatkan, sebelum terlambat, kunjungi:

Bigfoot

Ariesta Mobile * Galaxi * Jakarta * Indonesia * 10120